Advertisement:
Anak : Ayah, saya mantap menerima lamarannya, walaupun
dimata ayah dia tidak berarti. Tapi saya yakin dia orang baik-baik yah !
Ayah : tapi nak, kamu ini seorang dokter, masa mau menerima laki-laki yang
berprofesi guru honorer. Penghasilannya tidak sebanding denganmu. Minimal
laki-laki yang layak denganmu adalah seorang pengusaha, atau dokter juga.
Anak : tapi yah, Aku benar-benar mencintainya. Dia taat agama
*****
Seorang jamaah pengajian menyampaikan kegundahan hatinya terkait keputusan
putri tercintanya menerima pinangan seorang laki-laki yang dari berbagai sisi
lebih rendah dari sang buah hati. Bukan hanya pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan, tapi juga penampilan.
Dengan bijak sang ustadz memberikan nasihat. Rupa, harta ataupun tahta bukanlah
jaminan sebuah rumah tangga akan selalu bahagia. Namun demikian, sebaiknya
jangan sama sekali diabaikan. Pendidikan, pekerjaan, penghasilan atau bahkan
juga penampilan seseorang akan mempengaruhi bagaimana ia membangun dan
menghidupi keluarganya serta menjaga keharmonisan rumah tangganya.
Jangan karena pendidikan, seorang istri mengabaikan suami. Jangan karena
pekerjaan, seorang istri merendahkan suami. Jangan karena penghasilan, seorang
istri tak patuh pada suami. Dan jangan pula karena penampilan, seorang istri
berpaling dari suami.
Sebelum menentukan siapa laki-laki yang akan menjadi suami, seorang perempuan
harus memastikan bahwa kelak ia akan ( sanggup ) berbakti kepadanya. Siapapun
dia, apapun pekerjaannya, berapapun penghasilannya, dan bagaimanapun
penampilannya, seorang istri wajib berbakti kepada suami.
Ingat, ridho suami adalah yang dicari seorang istri. Karena itu, berbakti
haruslah dilakukan meski dalam beberapa hal, ( sekarang ) ia lebih tinggi.
Jangan sampai kekurangan suami, baik itu pendidikan, pekerjaan, penghasilan
maupun penampilan, menjadi penghalang bagi seorang istri untuk senantiasa
berbakti pada suami.
Advertisement:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan sopan.